Sebenarnya inilah kali pertamanya aku memiliki niatan seperti ini, niatan yang biasa nya kuhabiskan untuk sesuatu yang lebih tidak berguna lagi *bukan dariku, tapi orang disekitarku*. Tekadku telah bulat!
Aku akan memiliki goresan pena pada carik novel itu!
*singkatnya beli
Hem
ketika kurasa aku telah menemukan titik terang dari gelapnya malam, ternyata
aku hanya kembali lagi ke dimensi lain. Level II! Kembali lagi aku dipusingkan
oleh gerakan tubuhku yang tidak ingin mengikuti niatanku. Huaaahh (“>.<)u
Sekelebat
pertanyaan kembali berkecamuk dalam pikiranku . . .
“kapan mau membelinya!?”
“dimana!?”
“jalan sendiri!?”
“ and the price!????”
Memang, bisa dikatakan uang
tidak berpengaruh besar terhadapku, aku tidak pernah mengganggap uang adalah
suatu alat yang dapat memperpanjang usia. Akan tetapi hal ini butuh uang!!!
Hahaha . . .
But hey! You’re have a mission. Just ask to yourself, why
not!?
“Ok. I
get it”. Sudah kuputuskan. Sekarang saatnya bertindak! *hiperbola /= kamus
besar bahasa Indonesia. Aku tidak ingin jalan sendiri, soal kapan dan uang itu
dapat mengikuti. Masalah dimana pun tidak layak dijadikan sebuah masalah. Hanya
saja . . . “someone, go with me!”
Saat
itu pun aku langsung mengambil logam digital yang biasa disebut sebagai sebuah
alat canggih berkomunikasi. Aku menanyakan pada dua orang yang biasa kupanggil
serisawa dan tokio ini *crown zero . lalu aku pun menulis pesan singkat pada
mereka . .
“Jalan yuk . . .”
*tut . . .*
*klik . . .*
oke send รจ
setelah
beberapa menit berlalu mereka mengirimkanku reply dari pesan singkatku pada
mereka
“waaah gw g bisa, gw pergi chop”
- -
End -
Serisawa at 17:58:48
dan disaat yang hambir bersamaan aku mendapat pesan lagi . .
“aduh chop, gw lagi lab nih”
- -
End –
Tokio at 18:01:05
Huaaah membaca pesan dari kedua orang ini membuatku jengkel.
*aku memang jika menginginkan sesuatu harus bias hari itu juga, kalau bisa
detik itu juga! Yaah aku diamkan saja mereka tanpa ada konfirmasi lanjut.
Lalu
aku berpikir, “siapa lagi ya!?”.
“ah bagaimana kalau orang ini!? Sudah lama aku tidak menemui
nya, aku juga dapat sekalian minta maaf karena tidak mengunjunginya saat ia
dirawat!”
Tanpa basa-basi lagi aku mem-forward pesanku padanya. Perlu
kukenalkan sedikit, ia adalah seorang perempuan yang sedikit cerewet dan
*tuuuut* sampai disini saja penjelasannya.
Beberapa menit berselang ia membalas pesanku . .
“yuk, jemput gw yaa”
-
End –
Olivia at 18:27:16
Senang sekali, tanpa halangan ia langsung menjawab pesanku tanpa merujuk pada suatu yang lebih spesifik lagi.
Setelah
bersiap-siap aku langsung menuju rumahnya. Letak rumahku tidak jauh darinya,
hanya saja kami jarang bertemu. Sesampainya disana aku disapa oleh senyum ramah
yang menghiasi wajahnya. Lalu senyum tersebut berganti menjadi senyum kecut
yang dibuat-buat dan mencibirkan bibirnya sambil berkata,
“dari mana saja?
Kenapa tidak menengokku saat sakit?.”
aku menjawab sekenanya saja “ituu. . .
dari rumah. Tapi kalau soal jenguk, aku minta maaf lhoo hihihi.”
Ia tersenyum
ketus menandakan betenya dia karena tidak dijenguk saat itu.
“ngambek kaya
nenek-nenek, yaudah yuk.” Kataku setengah mengajak.
Oke singkat cerita aku jalan sama dia menuju suatu mall yang
berlokasikan pada tengah kotaku. Jarak yang ditempuh tidak lama, hanya
berselang sekitar 30 menit waktu perjalanan.
Tanpa
kesulitan yang berarti aku mendapatkan novel yang sangat direkomendasikan oleh
temanku. Saat aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan, sebuah senyum tipis
tergurat pada raut mukaku. Dengan sedikit nada menyindir, Olivia mengatakan,
“pasti sudah!? Keliatan tuh nyengir mulu, kaya kuda.”
“yeee biarin, yang penting dapet. Oh ya, setelah ini kamu
mau apa?”kataku
“jangan nanya mau apa deh, yang bener nanyanya. . .” katanya
“iya iya, mau ngapain sekarang lady Olivia??” dengan gayaku
bak seorang pelayan melayani tamunya
“ga tau. Kalau udah yasudah” jawabnya dengan sedikit ketus
“baiklaaah, jadi kau hanya menemaniku saja?? Sekarang kita
makaaan!!”
Banyak yang terjadi saat aku menyantap hidangan yang tersaji
dengannya, lain kali saja kuceritakan. Singkat cerita aku membawanya pulang
hingga sampai rumahnya. Seperti mengejar layangan aku juga ingin cepet-cepat
sampai dirumah. *juga seperti penggalan cerita ini ><
Sesampainya
dirumah aku membaringkan tubuhku diatas kasur kamarku sambil mengangkat novel
yang kuselipkan dalam jemari tanganku. Dan saat itu akupun berkata . .
“kau orang yang telah membuatku penasaran. apa yang kau
punya untukku!? Mari kita lihat. .”
Karya Ilana Tan berjudul Autumn in paris
0 comments:
Post a Comment
Thanks for read my post. good readers always leave a footstep